Senin, 13 April 2015



Rangkuman BAB VI
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN PENDEKATAN TAKTIK
            Sebagai seorang guru memang tantangan itu perlu apalagi dalam melakukan pembelajaran. Baik bagaimana kita untuk mendesain permainan, latihan, dan penilaian yang pastinya harus sejalan dengan pendekatan Teaching Games for Understanding (pembelajaran pendekatan taktik). Permainan adalah pengajaran dan pembelajaran yang sangat bermanfaat. Permainan dapat berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan, gaya hidup yang aktif dan perubahan sosial. Jadi kita harus mengajarkan pada siswa bagaimana cara mengajar yang baik agar para siswa dapat memahami apa yang kita ajarkan kepada mereka.
A.    Pentingnya Penilaian
Dr. Deborah Tannehill merupakan salah satu penulis Standards f Physical Education yang digunakan di Amerika Serikat, dan koordinator National Association of Sport and Physical Education Assessment Series. Tannehill menyatakan bahwa “jika mengajar dan belajar itu penting, penilaian juga sama pentingnya”. Untuk para guru ajarkan apa yang perlu kita ajarkan dan nilailah apa yang telah kita ajarkan kepada mereka atas apa yang mereka praktekkan. Jadi untuk pendekatan taknik, penilaian harus disesuaikan dengan apa yang kita ajarkan dan bagaimana kita memberi pengajaran. Kebanyakan dari kita mengetahui bahwa penilaian diambil dari tes padahal melihat permainan dan prosesnya juga merupakan sebuah penilaian. “jika kita menginginkan siswa belajar bagaimana memainkan permainan, kita harus menilai penampilan bermain mereka”.
B.     Masalah dengan Penilaian
Sebagian besar kesulitan dalam mengubah pengajaran dan penilaian kita dari pebdekatan teknis atau keterampilan menjadi pendekatan taktik. Banyak asumsi yang salah tentang keterampilan, contohnya pada Kurikulum SD yang beransumsi bahwa siswa SD dapat menguasai 150 keterampilan olahraga atau lebih dari 30-40 permainan olahraga yang berbeda. Ini adalah tugas yang sulit bagi seorang guru olahraga apalagi dengan diberikannya waktu yang relatif singkat untuk melatih dan mengembangkan pengalaman yang diperlukan untuk melakukan keterampilan olahraga tersebut. Masalah lain yang juga sering dihadapi oleg seorang guru olahraga adalah tentang bagaimana cara mendesain dan memodifikasi permainan agar bermanfaat tetapi juga menyenangkan bagi siswanya. Dikarenakan karena sarana dan prasarana disekolah kurang memahami maka diperlukan kemahiran seorang guru untuk memodifikasi olahraga tersebut. Asumsi yang salah bahwa siswa dapat belajar keterampilan diluar permainan dan bahwa keterampilan yang dilakukan dalam latihan dapat langsung ditransfer kedalam permainan. Yang perlu diketahui bahwa “bentuk mengikuti fungsi”, maksudnya adalah bentuk keterampilan yang ada tergantung pada tujuan atau fungsinya.
C.    Pengembangan Keterampilan Permainan
Ketika siswa atau pemain menggunakan keterampilan dalam permainan, ia memodifikasi permainan untuk mengakomodasi situasi permainan ertentu. Allison, Pissanos, dan Turner (2000) menyebutnya sebagai kemahiran. Dengan begitu berarti kita memberi kesempatan kepada mereka untuk mngembangkan kepercayaan diri dan kemahiran bermain mereka untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. Hal ini merupakan pendapat dasar dalam pembelajatran pendekatan taktik (Bunker dan Thorpe, 1982). Pembelajaran Pendekatan Taktik meletakkan keterampilan di dalam konteks permainan, dimana konteks ini di bentuk dan dibentuk kembali berdasarkan jumlah faktor yang berhubungan dengan permainan atau tugas, siswa, dan konteksnya. Permainan merupakan titik fokus dari Pembelajaram Pendekatan Taktik, maka kita perlu melihat tentang permainan dan sifat permainan. Didalam permainan terdapat komponen-komponen  kemahiran yang berupa strategi, taktik, dukungan, tindakan cepat, dan pengambilan keputusan. Pengembangan kemahiran pada siswa, guru harus memodifikasi permainan, tugas, dan penilaian yang memerlukan bentuk yang sama dari gerakan yang diperlukan untuk suksesnya permainan.
D.    Pertimbangan Elemen-elemen Kontekstual
Permainan terstruktur secara sosial. Maksudnya adalah permainan ini menyeluruh untuk semua kalangan orang baik anak-anak, dewasa, orang tua, laki-laki maupun perempuan. Yang membedakan hanya pada konsepnya yang sudah dimodifikasi permainannya sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan kemampuan dari masing-masing orang. Permainan bersifat kompetitif, artinya dalam perencanaanya diharapkan mampu menguji fisik seorang lawan. Baik untuk menguji keterampilan kognitif seperti manuver taktik, kemampuan fisik dan keberanian. Strategi dan taktik adalah elemen terpenting dalam permainan sebagai alat pengontrol permainan. Misalnya bagaimana saat kita melakukan serangan dan bagaimana saat kita melakukan pertahanan. Guru jasmani harus memperhatikan sifat kompetisi dan kompetitor sebagai tolak ukur dalam permainan. Permainan bersifat interaktif artinya, permainan perlu adanya komunikasi baik dari satu tim, tim lawan, dengan pelatih, maupun dengan para penonton. Komunikasi ini berdampak sangat baik bagi keterampilan dan penampilan bermain. Permainan juga diatur oleh sebuah peraturan dimana sebuah permainan dapat berjalan bila mempunyai sebuah peraturan yang telah disepakati oleh para pemain sebelum mereka melakukan permainan. Seluruh peraturan akan mengontrol seluruh jalannya permainan. Menurut Torres (2000), “Peraturan..... menetapkan apa yang harus dicapai seperti halnya batasan spatio temporal dibawah tujuan yang harus dicapai, peralatan yang dibutuhkan, dan sistem evaluasi yang menjelaskan bagaimana menggerakan bola diantaran para pemain dan bagaimana cara menembak ke gawang”.
E.     Kelas Sama Permainan Berbeda
Dalam permainan banyak sekali jenisnya. Misal dalam satu jenis permainan saja sudah bisa membuat berbagai modifikasi permainannya baik dari segi peraturannya ataupun merubah bentuk permainannya. Contoh dalam bola basket anak SD dalam satu kelompok melakukan permainan setengah lapangan sedangkan pada kelompok satunya dilapangan sebelah melakukan hal yang sama. Bedanya adalah pada cara bermainnya yaitu ketika memulai permainan. Lapangan satu memulai dari tengah lapangan dan yang satunya memulai permainan dari baseline. Tapi tujuannya tetap sama yaitu memasukkan bola kedalam ring. Untuk lebih mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh anak dapat dilakukan segmen tanya jawab mengenai apa yang telah diajarkan dan dipraktekan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus terfokus pada apa yang sedang terjadi, apa yang perlu terjadi pada situasi tertentu, atau mengapa siswa harus melakukan suatu pada kejadian tertentu.
F.     Metode Penilaian Formal
Selain metode penilaian infomal, ada juga metode penilaian formal. Seperti yang dikemukakan oleh GPAI; Oslin; Mitchell, & Griffin, 1998; Mitchell & Oslin, 1999 (Game Performance Assessment Instrument ) dan TSAP; Grehaigne, Godbout, & Bouthier, 1997, 2000 (Team Sport Assessment Procedure). GPAI terdapat tujuh komponen yang semuanya termuat dalam permainan invasi, net/wall, striking/fielding, dan target. Contoh komponen dalam permainan striking/fielding seperti :
1.      Base
2.      Adjust
3.      Pengambilan keputusan
4.      Eksekusi keterampilan
5.      Support
6.      Cover
7.      Guard/mark
untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam buku Soni Nopembri & Saryono (Model pembelajaran Pendidikan Jasmani) fokus pasa oendekatan taktik halaman 121-122.

Selanjutnya pada penilaian TSAP lebih memfokuskan pada dua aspek fundamental dalam permainan :
1.      Perolehan kepemilikan bola, baik cara mengoper, menerima bola, ataupun mematahkan operan bola.
2.      Menempatkan bola segera ketika menerima bola (mengoper, memainkan bola ofensif, ataupun melakukan tembakan ke gawang).
Adapaun komponen-komponen dalam TSAP dalam permainan meliputi :
a.       Mendapatkan kepemilikan bola.
b.      Merebut bola (Conquering the ball/CB).
c.       Menerima bola (Receiving the ball/RB).
d.      Menempatkan bola.
e.       Memainkan bola netral (Playing a natural ball/NB).
f.       Kehilangan bola (losing the ball/LB).
g.      Memainkan bola ofensif (Playing an offensive bll/OB).
h.      Mengeksekusi tembakan yang sukses (Executing a successful shot/SS).
untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam buku Soni Nopembri & Saryono (Model pembelajaran Pendidikan Jasmani) fokus pasa oendekatan taktik halaman 124-125

Selain GPAI dan TSAP, pengukuran lainnya dapat digunakan untuk menilai pemain dan penampilan tim selama permainan. Misal dalam statistik untuk suatu permainan yang seringkali digunakan pada permainan olahraga-olahraga pilihan dan profesional seperti sepak bola. Kombinasi dari penilai teman sebaya, penilaian diri, dan penilaian guru juga berguna untuk menentukan penampilan individu dan tim seperti juga penilaian tingkat prestasi siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar