Minggu, 24 Mei 2015



TGFU YANG DITERAPKAN NEGARA-NEGARA DI DUNIA
1.       TGFU di Hongkong
TGFU dihongkong ini memuat hal-hal tentang persepsi bahwa TGFU tidak pantas diterapkan dalam pengajaran karena banyaknya kesulitan dan hambatan yang ada seperti kendala kotekstual dalam pendidikan. Mereka juga kurang percaya diri dalam memodifikasi peralatan, gedung, dan aturan dalam TGFU agar terlihat lebih bermakna. Kesimpulannya, pengembangan profesional TGfU harus menekankan lebih demonstrasi metode pengajaran TGfU dan berbagi di antara pengalaman guru. Jadi untuk bisa menerapkannya dalam sekolah sebaiknya dilakukan wawancara terlebih dahulu agar TGFU jadi lebih mudah dipahami.
2.       TGFU di Malaysia
TGFU di malaysia ini lebih membicarakan bagaimana konsep TGFU dalam permainan pengajaran untuk pemahaman, teknis model SDT, dan sistem pembinaan yang diberikan. Dimalaysia ini TGFU sangat berguna sekali dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Kesimpulannya, pelatih dan guru harus mengadopsi model TGfU dengan mini sisi kecil situasi permainan seperti 3 vs 3 atau 5 vs.5 dalam pelatihan untuk meningkatkan kontrol bola dan V02 Max telah terbukti dari penelitian ini.  TGfU akan meningkatkan komponen lain dari permainan terutama keterampilan eksekusi, mendukung pemain melalui pemain posisi.
  1. Model terpadu pendidikan jasmani
Model ini lebih menekankan pada model pengajaran yang terpadu berdasarkan pengalaman belajar. Singkatnya, pendekatan yang TGFU dapat dipahami dalam model pengalaman belajar. Pendidik fisik dapat menggunakan informasi ini untuk lebih menyesuaikan pelajaran untuk kebutuhan siswa dan struktur belajar lebih efektif yang mereka lingkungan.
4.       Pengembangan TGFU di Australia dan Singapura
Pengembangan TGFU di ustralia dan Singapura ini tidak lepas dengan budaya-budaya yang ada dan jugaa mengenai konsep permainan. Pada dasarnya semua permainan tidak lepas dari unsur kebudayaan walaupun masing-masing budaya di Australia dan Singapura itu berbeda. Namun kedua negara ini tetap menekankan unsur budaya dalam permainannya.
5.       TGFU di Spanyol.
Di negara spain TGFU ini memuat kunci guru perubahan, pengembangan guru, dan konstruktivis pendekatan. olahraga dianggap oleh guru-guru in-service sulit untuk merancang pelajaran dan rumit untuk dimasukkan ke dalam praktek. TGfU menuntut lebih besar penguasaan yang relevan olahraga disiplin dari pendekatan tradisional, berkontribusi perasaan kecemasan dan ketidakamanan dalam aplikasinya. Untuk mencapai hasil TGFU byang baik diperlukan sebuah pengalaman agar dapat belajar dari sebuah pengalaman yang telah dulakukan.
  1. TGFU di Jepang
Kurikulum pendidikan jasmani baru di Jepang bertujuan untuk membimbing siswa mencapai ideal seumur hidup partisipasi dalam olahraga dan memimpin gaya hidup aktif. Inti dari TGFU di Jepang sendiri adalah untuk mencapai pengajaran permainan yang dapat diterima oleh siwanya melalui berbagai perencanaan yang matang.
7 TGFU di Kanada
Di Kanada TGFU ini masih membahas 4 masalah permainan yaitu tentang permainan target, permainan net, invasi, dan fielding. Dalam TGFU di Kanada ini diharapkan kita dapat menerapkan pengajaran tentang ke empat permainan tersebut dalam model pendekatan TGFU. Model ini akan sangat berguna apabila diterapkan dalam keempat permainan tersebut karena model pendekatan ini langsung menerapkan konsep keterampilan saat/ketika sedang bermain sehingga ide atau solusi untuk memecahkan masalah akan lebih mudah di temukan.

Senin, 13 April 2015



PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN TGFU

Penilaian merupakan bentuk apresiasi dari apa yang sudah kita lihat atau lakukan. Baik dari segi prosesnya maupun dari segi keterampilannya semua dapat kita nilai. Penilaian juga harus sejalan dengan pendekatan Teaching Games for Undertanding (TGFU). TGFU ini mengatur bagaimana olahraga harus berjalan dan diterapkan untuk masing-masing elemen yang ada. Merupakan suatu pengajaran yang memfokuskan pada pemahaman keterampilan agar apa yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh muridnya dan dalam melakukan pengajaran menggunakan pendekatan taktik terhadap permainan yang diajarkan. Misalnya dengan mendesain dan memodifikasi permainan agar siswa tidak cepat bosan dengan apa yang diajarkan oleh gurunya.
Yang dimaksud dengan penilaian dalam pembelajaran TGFU yaitu tentang bagaimana seorang guru itu mengevaluasi apa yang telah diajarkan kepada para peserta didiknya, apakan mereka sudah memahami apa yang telah diajarkan olehnya atau belum. Yaitu melalui penilaian yang dapat berupa tes, tanya jawab, ataupun melihat langsung permainan yang dilakukan oleh peserta didiknya tentang apa yang sudah mereka dapatkan selama pembelajaran berlangsung. Penilaian ini dapat menggunakan 2 cara yaitu penilaian formal dan penilaian informal.
            Jadi pada intinya dalam melakukan penilaian pembelajaran harus sesuai dengan TGFU yang sudah ada. Artinya penilaian yang dilakukan tidak boleh semena-mena hanya untuk mendapatkan nilai saja, tetapi tujuannya agar siswa itu tahu dan paham tentang apa yang diajarkan oleh gurunya untuk nantinya dapat diterapkan oleh mereka dalam permaian olahrga. Secara otomatis kalau mereka sudah paham dan bisa, maka nilai yang didapatkan akan bagus. Penilaian ini harus memuat konsep dan taktik yang dilakaukan selama pembelajaran berlangsung agar nantinya siswa lebih mudah memahaminya dan mempraktekkannya.



Rangkuman BAB VI
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN PENDEKATAN TAKTIK
            Sebagai seorang guru memang tantangan itu perlu apalagi dalam melakukan pembelajaran. Baik bagaimana kita untuk mendesain permainan, latihan, dan penilaian yang pastinya harus sejalan dengan pendekatan Teaching Games for Understanding (pembelajaran pendekatan taktik). Permainan adalah pengajaran dan pembelajaran yang sangat bermanfaat. Permainan dapat berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan, gaya hidup yang aktif dan perubahan sosial. Jadi kita harus mengajarkan pada siswa bagaimana cara mengajar yang baik agar para siswa dapat memahami apa yang kita ajarkan kepada mereka.
A.    Pentingnya Penilaian
Dr. Deborah Tannehill merupakan salah satu penulis Standards f Physical Education yang digunakan di Amerika Serikat, dan koordinator National Association of Sport and Physical Education Assessment Series. Tannehill menyatakan bahwa “jika mengajar dan belajar itu penting, penilaian juga sama pentingnya”. Untuk para guru ajarkan apa yang perlu kita ajarkan dan nilailah apa yang telah kita ajarkan kepada mereka atas apa yang mereka praktekkan. Jadi untuk pendekatan taknik, penilaian harus disesuaikan dengan apa yang kita ajarkan dan bagaimana kita memberi pengajaran. Kebanyakan dari kita mengetahui bahwa penilaian diambil dari tes padahal melihat permainan dan prosesnya juga merupakan sebuah penilaian. “jika kita menginginkan siswa belajar bagaimana memainkan permainan, kita harus menilai penampilan bermain mereka”.
B.     Masalah dengan Penilaian
Sebagian besar kesulitan dalam mengubah pengajaran dan penilaian kita dari pebdekatan teknis atau keterampilan menjadi pendekatan taktik. Banyak asumsi yang salah tentang keterampilan, contohnya pada Kurikulum SD yang beransumsi bahwa siswa SD dapat menguasai 150 keterampilan olahraga atau lebih dari 30-40 permainan olahraga yang berbeda. Ini adalah tugas yang sulit bagi seorang guru olahraga apalagi dengan diberikannya waktu yang relatif singkat untuk melatih dan mengembangkan pengalaman yang diperlukan untuk melakukan keterampilan olahraga tersebut. Masalah lain yang juga sering dihadapi oleg seorang guru olahraga adalah tentang bagaimana cara mendesain dan memodifikasi permainan agar bermanfaat tetapi juga menyenangkan bagi siswanya. Dikarenakan karena sarana dan prasarana disekolah kurang memahami maka diperlukan kemahiran seorang guru untuk memodifikasi olahraga tersebut. Asumsi yang salah bahwa siswa dapat belajar keterampilan diluar permainan dan bahwa keterampilan yang dilakukan dalam latihan dapat langsung ditransfer kedalam permainan. Yang perlu diketahui bahwa “bentuk mengikuti fungsi”, maksudnya adalah bentuk keterampilan yang ada tergantung pada tujuan atau fungsinya.
C.    Pengembangan Keterampilan Permainan
Ketika siswa atau pemain menggunakan keterampilan dalam permainan, ia memodifikasi permainan untuk mengakomodasi situasi permainan ertentu. Allison, Pissanos, dan Turner (2000) menyebutnya sebagai kemahiran. Dengan begitu berarti kita memberi kesempatan kepada mereka untuk mngembangkan kepercayaan diri dan kemahiran bermain mereka untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. Hal ini merupakan pendapat dasar dalam pembelajatran pendekatan taktik (Bunker dan Thorpe, 1982). Pembelajaran Pendekatan Taktik meletakkan keterampilan di dalam konteks permainan, dimana konteks ini di bentuk dan dibentuk kembali berdasarkan jumlah faktor yang berhubungan dengan permainan atau tugas, siswa, dan konteksnya. Permainan merupakan titik fokus dari Pembelajaram Pendekatan Taktik, maka kita perlu melihat tentang permainan dan sifat permainan. Didalam permainan terdapat komponen-komponen  kemahiran yang berupa strategi, taktik, dukungan, tindakan cepat, dan pengambilan keputusan. Pengembangan kemahiran pada siswa, guru harus memodifikasi permainan, tugas, dan penilaian yang memerlukan bentuk yang sama dari gerakan yang diperlukan untuk suksesnya permainan.
D.    Pertimbangan Elemen-elemen Kontekstual
Permainan terstruktur secara sosial. Maksudnya adalah permainan ini menyeluruh untuk semua kalangan orang baik anak-anak, dewasa, orang tua, laki-laki maupun perempuan. Yang membedakan hanya pada konsepnya yang sudah dimodifikasi permainannya sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan kemampuan dari masing-masing orang. Permainan bersifat kompetitif, artinya dalam perencanaanya diharapkan mampu menguji fisik seorang lawan. Baik untuk menguji keterampilan kognitif seperti manuver taktik, kemampuan fisik dan keberanian. Strategi dan taktik adalah elemen terpenting dalam permainan sebagai alat pengontrol permainan. Misalnya bagaimana saat kita melakukan serangan dan bagaimana saat kita melakukan pertahanan. Guru jasmani harus memperhatikan sifat kompetisi dan kompetitor sebagai tolak ukur dalam permainan. Permainan bersifat interaktif artinya, permainan perlu adanya komunikasi baik dari satu tim, tim lawan, dengan pelatih, maupun dengan para penonton. Komunikasi ini berdampak sangat baik bagi keterampilan dan penampilan bermain. Permainan juga diatur oleh sebuah peraturan dimana sebuah permainan dapat berjalan bila mempunyai sebuah peraturan yang telah disepakati oleh para pemain sebelum mereka melakukan permainan. Seluruh peraturan akan mengontrol seluruh jalannya permainan. Menurut Torres (2000), “Peraturan..... menetapkan apa yang harus dicapai seperti halnya batasan spatio temporal dibawah tujuan yang harus dicapai, peralatan yang dibutuhkan, dan sistem evaluasi yang menjelaskan bagaimana menggerakan bola diantaran para pemain dan bagaimana cara menembak ke gawang”.
E.     Kelas Sama Permainan Berbeda
Dalam permainan banyak sekali jenisnya. Misal dalam satu jenis permainan saja sudah bisa membuat berbagai modifikasi permainannya baik dari segi peraturannya ataupun merubah bentuk permainannya. Contoh dalam bola basket anak SD dalam satu kelompok melakukan permainan setengah lapangan sedangkan pada kelompok satunya dilapangan sebelah melakukan hal yang sama. Bedanya adalah pada cara bermainnya yaitu ketika memulai permainan. Lapangan satu memulai dari tengah lapangan dan yang satunya memulai permainan dari baseline. Tapi tujuannya tetap sama yaitu memasukkan bola kedalam ring. Untuk lebih mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh anak dapat dilakukan segmen tanya jawab mengenai apa yang telah diajarkan dan dipraktekan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus terfokus pada apa yang sedang terjadi, apa yang perlu terjadi pada situasi tertentu, atau mengapa siswa harus melakukan suatu pada kejadian tertentu.
F.     Metode Penilaian Formal
Selain metode penilaian infomal, ada juga metode penilaian formal. Seperti yang dikemukakan oleh GPAI; Oslin; Mitchell, & Griffin, 1998; Mitchell & Oslin, 1999 (Game Performance Assessment Instrument ) dan TSAP; Grehaigne, Godbout, & Bouthier, 1997, 2000 (Team Sport Assessment Procedure). GPAI terdapat tujuh komponen yang semuanya termuat dalam permainan invasi, net/wall, striking/fielding, dan target. Contoh komponen dalam permainan striking/fielding seperti :
1.      Base
2.      Adjust
3.      Pengambilan keputusan
4.      Eksekusi keterampilan
5.      Support
6.      Cover
7.      Guard/mark
untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam buku Soni Nopembri & Saryono (Model pembelajaran Pendidikan Jasmani) fokus pasa oendekatan taktik halaman 121-122.

Selanjutnya pada penilaian TSAP lebih memfokuskan pada dua aspek fundamental dalam permainan :
1.      Perolehan kepemilikan bola, baik cara mengoper, menerima bola, ataupun mematahkan operan bola.
2.      Menempatkan bola segera ketika menerima bola (mengoper, memainkan bola ofensif, ataupun melakukan tembakan ke gawang).
Adapaun komponen-komponen dalam TSAP dalam permainan meliputi :
a.       Mendapatkan kepemilikan bola.
b.      Merebut bola (Conquering the ball/CB).
c.       Menerima bola (Receiving the ball/RB).
d.      Menempatkan bola.
e.       Memainkan bola netral (Playing a natural ball/NB).
f.       Kehilangan bola (losing the ball/LB).
g.      Memainkan bola ofensif (Playing an offensive bll/OB).
h.      Mengeksekusi tembakan yang sukses (Executing a successful shot/SS).
untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam buku Soni Nopembri & Saryono (Model pembelajaran Pendidikan Jasmani) fokus pasa oendekatan taktik halaman 124-125

Selain GPAI dan TSAP, pengukuran lainnya dapat digunakan untuk menilai pemain dan penampilan tim selama permainan. Misal dalam statistik untuk suatu permainan yang seringkali digunakan pada permainan olahraga-olahraga pilihan dan profesional seperti sepak bola. Kombinasi dari penilai teman sebaya, penilaian diri, dan penilaian guru juga berguna untuk menentukan penampilan individu dan tim seperti juga penilaian tingkat prestasi siswa.

Jumat, 27 Maret 2015

PERMAINAN FIELDING
Permainan fielding merupakan permainan dimana pada saat permainan ada unsur melempar, menangkap, memukul, dan lari. Permainan ini termasuk permainan menyerang dan bertahan secara bergantian. Dalam permainan ini biasanya membutuhkan lapangan yang luas untuk permainan. Sebagai contoh misalnya permainan softbal, baseball, rounders, kasti, dll.
Contoh modifikasi permainan : permainan pukul lari modifikasi dari permainan kasti.
Alat dan bahan :
-                      Bola terbuat dari bundelan koran yang diikat dengan tali ataupun dari bola kasti.
-                      Tongkat pemukur terbuat dari bambu atau kayu dengan diameter 15 cm dan panjang 75 cm.
-                      Lapangan dibuat seperti lapangan kasti dengan menggunakan tiang dari bambu atau kayu yang dipasang segitiga sebagai tempat base.

Aturan permainan :

1.      Masing-masing tim terdiri dari 10 orang.
2.      Dipimpin oleh 4 orang wasit, 1 wasit sebagai head umoire, 3 wasit lainnya sebagai base umpire.
3.      Permainan terdiri dari 3 inning atau putaran.
4.      Satu tim bertugas sebagai penjaga dan satu tim bertugas sebagai pemukul dan pelari.
5.      Peraturan permainan hampir sama seperti permainan kasti.
6.      Satu tim yang menjaga mendapat giliran bermain untuk memukul dan berlari apabila dari tim tersebut sudah mematikan 3 orang pelari dengan cara mengetik atau melemparkan bola ke arah badan runner.
7.      Pada tim yang bermain, 3 orang bertugas hanya sebagai pemukul yang secara bergantian memukul bolanya dan sisanya yaitu 7 orang hanya bertugas sebagai pelari / runner.
8.      Pemain pemukul tidak boleh berganti menjadi pelari begitu juga sebaliknya.
9.      Tim mendapat point 1 apabila pelari / runner berlari dari base home ke base-base  1, 2, 3 dan kembali lagi ke base home (Tempat pemukul) tanpa dimatikan oleh tim yang menjaga.

10.  Tim yang berhasil memperoleh score tertinggi sampai selesai 3 inning (putaran) maka dianggap sebagai pemenang.