Rangkuman
BAB VI
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN PENDEKATAN
TAKTIK
Sebagai seorang guru memang
tantangan itu perlu apalagi dalam melakukan pembelajaran. Baik bagaimana kita
untuk mendesain permainan, latihan, dan penilaian yang pastinya harus sejalan
dengan pendekatan Teaching Games for Understanding (pembelajaran pendekatan
taktik). Permainan adalah pengajaran dan pembelajaran yang sangat bermanfaat. Permainan
dapat berfungsi sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan, gaya hidup yang
aktif dan perubahan sosial. Jadi kita harus mengajarkan pada siswa bagaimana
cara mengajar yang baik agar para siswa dapat memahami apa yang kita ajarkan
kepada mereka.
A.
Pentingnya
Penilaian
Dr. Deborah Tannehill merupakan
salah satu penulis Standards f Physical Education yang digunakan di Amerika
Serikat, dan koordinator National Association of Sport and Physical Education
Assessment Series. Tannehill menyatakan bahwa “jika mengajar dan belajar itu
penting, penilaian juga sama pentingnya”. Untuk para guru ajarkan apa yang
perlu kita ajarkan dan nilailah apa yang telah kita ajarkan kepada mereka atas
apa yang mereka praktekkan. Jadi untuk pendekatan taknik, penilaian harus
disesuaikan dengan apa yang kita ajarkan dan bagaimana kita memberi pengajaran.
Kebanyakan dari kita mengetahui bahwa penilaian diambil dari tes padahal
melihat permainan dan prosesnya juga merupakan sebuah penilaian. “jika kita
menginginkan siswa belajar bagaimana memainkan permainan, kita harus menilai
penampilan bermain mereka”.
B.
Masalah
dengan Penilaian
Sebagian besar kesulitan dalam
mengubah pengajaran dan penilaian kita dari pebdekatan teknis atau keterampilan
menjadi pendekatan taktik. Banyak asumsi yang salah tentang keterampilan,
contohnya pada Kurikulum SD yang beransumsi bahwa siswa SD dapat menguasai 150
keterampilan olahraga atau lebih dari 30-40 permainan olahraga yang berbeda. Ini
adalah tugas yang sulit bagi seorang guru olahraga apalagi dengan diberikannya
waktu yang relatif singkat untuk melatih dan mengembangkan pengalaman yang
diperlukan untuk melakukan keterampilan olahraga tersebut. Masalah lain yang
juga sering dihadapi oleg seorang guru olahraga adalah tentang bagaimana cara
mendesain dan memodifikasi permainan agar bermanfaat tetapi juga menyenangkan
bagi siswanya. Dikarenakan karena sarana dan prasarana disekolah kurang
memahami maka diperlukan kemahiran seorang guru untuk memodifikasi olahraga
tersebut. Asumsi yang salah bahwa siswa dapat belajar keterampilan diluar
permainan dan bahwa keterampilan yang dilakukan dalam latihan dapat langsung
ditransfer kedalam permainan. Yang perlu diketahui bahwa “bentuk mengikuti
fungsi”, maksudnya adalah bentuk keterampilan yang ada tergantung pada tujuan
atau fungsinya.
C.
Pengembangan
Keterampilan Permainan
Ketika siswa atau pemain
menggunakan keterampilan dalam permainan, ia memodifikasi permainan untuk
mengakomodasi situasi permainan ertentu. Allison, Pissanos, dan Turner (2000)
menyebutnya sebagai kemahiran. Dengan begitu berarti kita memberi kesempatan
kepada mereka untuk mngembangkan kepercayaan diri dan kemahiran bermain mereka
untuk menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. Hal ini merupakan pendapat
dasar dalam pembelajatran pendekatan taktik (Bunker dan Thorpe, 1982). Pembelajaran
Pendekatan Taktik meletakkan keterampilan di dalam konteks permainan, dimana
konteks ini di bentuk dan dibentuk kembali berdasarkan jumlah faktor yang
berhubungan dengan permainan atau tugas, siswa, dan konteksnya. Permainan merupakan
titik fokus dari Pembelajaram Pendekatan Taktik, maka kita perlu melihat
tentang permainan dan sifat permainan. Didalam permainan terdapat
komponen-komponen kemahiran yang berupa
strategi, taktik, dukungan, tindakan cepat, dan pengambilan keputusan. Pengembangan
kemahiran pada siswa, guru harus memodifikasi permainan, tugas, dan penilaian
yang memerlukan bentuk yang sama dari gerakan yang diperlukan untuk suksesnya
permainan.
D.
Pertimbangan
Elemen-elemen Kontekstual
Permainan terstruktur secara
sosial. Maksudnya adalah permainan ini menyeluruh untuk semua kalangan orang
baik anak-anak, dewasa, orang tua, laki-laki maupun perempuan. Yang membedakan
hanya pada konsepnya yang sudah dimodifikasi permainannya sesuai dengan umur,
jenis kelamin, dan kemampuan dari masing-masing orang. Permainan bersifat
kompetitif, artinya dalam perencanaanya diharapkan mampu menguji fisik seorang
lawan. Baik untuk menguji keterampilan kognitif seperti manuver taktik,
kemampuan fisik dan keberanian. Strategi dan taktik adalah elemen terpenting
dalam permainan sebagai alat pengontrol permainan. Misalnya bagaimana saat kita
melakukan serangan dan bagaimana saat kita melakukan pertahanan. Guru jasmani
harus memperhatikan sifat kompetisi dan kompetitor sebagai tolak ukur dalam
permainan. Permainan bersifat interaktif artinya, permainan perlu adanya
komunikasi baik dari satu tim, tim lawan, dengan pelatih, maupun dengan para
penonton. Komunikasi ini berdampak sangat baik bagi keterampilan dan penampilan
bermain. Permainan juga diatur oleh sebuah peraturan dimana sebuah permainan
dapat berjalan bila mempunyai sebuah peraturan yang telah disepakati oleh para
pemain sebelum mereka melakukan permainan. Seluruh peraturan akan mengontrol
seluruh jalannya permainan. Menurut Torres (2000), “Peraturan..... menetapkan
apa yang harus dicapai seperti halnya batasan spatio temporal dibawah tujuan
yang harus dicapai, peralatan yang dibutuhkan, dan sistem evaluasi yang
menjelaskan bagaimana menggerakan bola diantaran para pemain dan bagaimana cara
menembak ke gawang”.
E.
Kelas
Sama Permainan Berbeda
Dalam permainan banyak sekali
jenisnya. Misal dalam satu jenis permainan saja sudah bisa membuat berbagai
modifikasi permainannya baik dari segi peraturannya ataupun merubah bentuk
permainannya. Contoh dalam bola basket anak SD dalam satu kelompok melakukan permainan
setengah lapangan sedangkan pada kelompok satunya dilapangan sebelah melakukan
hal yang sama. Bedanya adalah pada cara bermainnya yaitu ketika memulai
permainan. Lapangan satu memulai dari tengah lapangan dan yang satunya memulai
permainan dari baseline. Tapi tujuannya tetap sama yaitu memasukkan bola
kedalam ring. Untuk lebih mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh anak
dapat dilakukan segmen tanya jawab mengenai apa yang telah diajarkan dan
dipraktekan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus terfokus pada apa yang sedang
terjadi, apa yang perlu terjadi pada situasi tertentu, atau mengapa siswa harus
melakukan suatu pada kejadian tertentu.
F.
Metode
Penilaian Formal
Selain metode penilaian infomal,
ada juga metode penilaian formal. Seperti yang dikemukakan oleh GPAI; Oslin;
Mitchell, & Griffin, 1998; Mitchell & Oslin, 1999 (Game Performance
Assessment Instrument ) dan TSAP; Grehaigne, Godbout, & Bouthier, 1997,
2000 (Team Sport Assessment Procedure). GPAI terdapat tujuh komponen yang
semuanya termuat dalam permainan invasi, net/wall, striking/fielding, dan
target. Contoh komponen dalam permainan striking/fielding seperti :
1. Base
2. Adjust
3. Pengambilan
keputusan
4. Eksekusi
keterampilan
5. Support
6. Cover
7. Guard/mark
untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam buku Soni Nopembri & Saryono
(Model pembelajaran Pendidikan Jasmani) fokus pasa oendekatan taktik halaman
121-122.
Selanjutnya pada penilaian TSAP
lebih memfokuskan pada dua aspek fundamental dalam permainan :
1. Perolehan
kepemilikan bola, baik cara mengoper, menerima bola, ataupun mematahkan operan
bola.
2. Menempatkan
bola segera ketika menerima bola (mengoper, memainkan bola ofensif, ataupun
melakukan tembakan ke gawang).
Adapaun komponen-komponen dalam TSAP
dalam permainan meliputi :
a. Mendapatkan
kepemilikan bola.
b. Merebut
bola (Conquering the ball/CB).
c. Menerima
bola (Receiving the ball/RB).
d. Menempatkan
bola.
e. Memainkan
bola netral (Playing a natural ball/NB).
f. Kehilangan
bola (losing the ball/LB).
g. Memainkan
bola ofensif (Playing an offensive bll/OB).
h. Mengeksekusi
tembakan yang sukses (Executing a successful shot/SS).
untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dalam buku Soni Nopembri & Saryono
(Model pembelajaran Pendidikan Jasmani) fokus pasa oendekatan taktik halaman
124-125
Selain GPAI dan TSAP, pengukuran
lainnya dapat digunakan untuk menilai pemain dan penampilan tim selama
permainan. Misal dalam statistik untuk suatu permainan yang seringkali
digunakan pada permainan olahraga-olahraga pilihan dan profesional seperti
sepak bola. Kombinasi dari penilai teman sebaya, penilaian diri, dan penilaian
guru juga berguna untuk menentukan penampilan individu dan tim seperti juga
penilaian tingkat prestasi siswa.